-->

Situasi Erupsi Freatik Gunung Merapi - Kondisi Saat Ini

Kronologi:
Telah terjadi erupsi Gunung Merapi pada pukul 07:43 wib dengan durasi kegempaan 5 menit, ketinggian kolom 5500 m diatas puncak
- Pukul 08.54 erupsi yang terjadi bersifat freatik ( dominasi uap air) Erupsi berlangsung satu kali dan tidak di ikuti erupsi susulan, sebelum erupsi freatik terjadi jaringan seismic gunung Merapi tidak merekam adanya peningkatan kegempaan, namun demikian sempat teramati peningkatan suhu kawah secara singkat, pada pukul 06:00 wib, pasca erupsi kegempaan yang terekam tidak mengalami perubahan suhu kawah mengalami penurunan.
Kondisi Atmosfer:

  • Arah angin diketinggian diatas 5500 M berasal dari utara menuju selatan.
  • Cuaca pada umumnya cerah hingga berawan.
  • Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca RGB Himawari menunjukkan pergerakan sebaran abu vulkanik ke arah selatan-barat daya.

Kondisi saat ini:

  • Saat ini terjadi evakuasi warga diradius 5KM.
  • Hujan abu terjadi diwilayah sleamn meliputi kec tempel, turi, pakem, angkringan, ngemplak dan sebagian kec sleman
  • Bandara Adisucipto sementara dinyatakan di tutup
  • Daerah wisata Kaliurang dan tempat wisata dilereng Merapi untuk sementara ditutup

Himbauan:

  1. Warga dihimbau tidak panik dengan kejadian tersebut.
  2. jika ada perkembangan informasi, akan segera disampaikan.
  3. Jika terpaksa mengungsi, silahkan mengungsi ketempat yang sudah disediakan dan tetap tenang, sambil menunggu update informasi dari petugas.

Sumber Informasi:  BPPTKG, BMKG, BPBD Sleman, TRC BPBD DIY dan Warga Masyarakat.

Abu Vulkanik Lebih Berbahaya dari Asap Rokok dan Polusi

Penjelasan
Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 m dpl, per 2010) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes)

Penyebab Erupsi Gunung Merapi Tak Terdeteksi Alat Peringatan Dini
Berita dari nasional.tempo.co - Erupsi freatik Gunung Merapi pada Jumat pagi, 11 Mei 2018, tidak bisa diprediksi. Alat peringatan dini tidak mampu mendekteksi atau memberi tanda-tanda terjadinya erupsi tersebut.

"Kami cek dari jaringan seismik yang tersambung ke perangkat peringatan dini, memang semuanya tidak menunjukkan ada tanda Merapi akan erupsi," ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, di kantornya, Jumat 11, Mei 2018.

Hanik menuturkan tak adanya peringatan dini itu disebabkan erupsi freatik atau erupsi yang hanya melepaskan material berupa uap air. Hal ini berbeda dengan erupsi magmatik pada 2010. "Karena erupsi ini hanya mengeluarkan hembusan berupa uap air, maka rentang waktunya sangat singkat setelah terjadi akumulasi gas, jadi tak sempat mengirim sinyal seismik ke alat peringatan dini," ujarnya.


Pada 2010, Hanik menjelaskan catatan seismik Gunung Merapi saat itu sangat cepat dibanding erupsi freatik saat ini. "Dari monitoring CCTV yang kami pasang di puncak juga tak ada perubahan morfologi di bibir kawah," ujar Hanik.

Hanik menuturkan erupsi freatik kali ini merupakan erupsi ketujuh sejak erupsi Merapi 2010. Penyebabnya berupa akumulasi gas yang terdorong ke permukaan akibat aktivitas di perut gunung yang perlu dilepaskan.

Karena hanya terjadi di permukaan, kata Hanik, uap yang keluar pun berwarna putih. "Suhu uap air erupsi ini tadi sempat tercatat tertinggi 90 derajat saat erupsi lalu turun menjadi 30 derajat siang ini," ujarnya.

Erupsi freatik dan magmatik berbeda. Hanik menjelaskan erupsi magmatik uap yang dihembuskan lebih pekat dan jauh lebih berbahaya. Erupsi magmatik Gunung Merapi menimbulkan awan panas atau wedhus gembel. "Erupsi freatik ini bukan tahapan atau penanda terjadinya erupsi magmatik, jadi letusan Merapi seperti 2010 belum bisa diprediksikan," ujarnya.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter