Roy Suryo: Kecelakaan Sukhoi bukan karena sinyal HP


Pakar telematika yang juga anggota DPR RI, Roy Suryo menilai, inisiatif untuk menurunkan ketinggian terbang pesawat Sukhoi Super Jet 100 dari 10 ribu kaki ke enam ribu kaki sangat fatal.


"Meski secara resmi tetap harus menunggu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tetapi analisis terakhir menunjukkan inisiatif untuk berani turun dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki bahkan ketika Sukhoi masih pada kecepatan sekitar 400 kilometer per jam sangat fatal," kata Roy Suryo kepada pers di Jakarta, Jumat (12/05/2012).




Pilot Sukhoi SSJ-100 dikabarkan telah meminta melakukan visual flight sehingga meminta izin turun dari 10 ribu kaki ke enam ribu kaki. Menurut Roy, Sukhoi jatuh di Gunung Salak itu bukan karena sinyal telepon seluler (HP) yang kabarnya ada penumpang yang mengaktifkan HP. "Bukan karena HP," katanya.


Menurut dia, kerasnya impact ini yang membuat emergency location transmitter (ELT) tidak sempat berfungsi karena di atas 25G. "Meski ini sebatas analisis, secara resmi tetap harus menunggu laporan investigasi KNKT," kata Roy.


Dia mengatakan, selain ELT/ELBA tidak berfungsi sesudah crash, sebelumnya mengapa Ground Proximity Warning System (GPWS) SSJ-100 tidak aktif. "KNKT perlu mengecek ini semua," katanya.


Pemerintah Indonesia melalui Komite Nasional Keamanan Transportasi masih menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, yang terjadi Rabu. Setelah lokasi jatuhnya pesawat ditemukan, langsung dilakukan evakuasi terhadap korban. (antara/dar)




Sumber: merdeka

Post a Comment for "Roy Suryo: Kecelakaan Sukhoi bukan karena sinyal HP"